BANDUNG, infobdg.com – Jika kamu datang ke Kota Bandung di bulan Ramadhan, tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi masjid ini. Karena kentalnya nilai sejarah yang dimilikinya, membuat Masjid Cipaganti ini selalu banyak dikunjungi terutama pada saat bulan Ramadhan tiba. Masjid Besar Cipaganti, merupakan salah satu masjid bersejarah di Kota Bandung. Sebuah masjid yang juga menjadi saksi sejarah dimana dahulu tempat ini pernah digunakan oleh Presiden Soekarno sebagai tempat pembicaraan penting ketika beliau sedang berada di Bandung, selain itu Masjid Besar Cipaganti pernah dijadikan markas tentara Pembela Tanah Air (PETA).
Lokasi Masjid Besar Cipaganti berada di Jalan Raden AA Wiranatakusumah (Jalan Cipaganti) No 85, Kota Bandung, hanya berjarak beberapa meter dari pusat perbelanjaan Cihampelas. Nama Jalan Cipaganti kini menjadi Jalan AA Wiranatakusumah, di era penjajahan dulu jalan tersebut bernama Banana Street. Sebagaimana dalam prasasti berbahasa sunda yang terpasang di tembok masjid Besar Cipaganti, disebutkan bahwa Masjid Besar Cipaganti Bandung ini dibangun pada 11 Syawal 1351H atau 7 Januari 1933 dan diresmikan pada tanggal 11 Syawal 1352H atau 27 Januari 1934.
Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilakukan oleh Bupati Bandung Raden Temenggung Hassan Soemadipradja bersama sama dengan Patih Bandung Raden Rc Wirijadinata dan Penghulu Bandung, Reden Hadji. Masjid bersejarah ini dirancang oleh arsitek Belanda Prof Charles Prosper Wolff Schoemaker dibantu oleh Het Keramische Laboratorium Bandung. Profesor Schoemaker sendiri adalah arsitek kondang Indonesia semasa penjajahan Belanda dengan hasil rancangannya yang masih eksis hingga kini adalah Hotel Preanger dan Villa Isola, Villa Isola kini menjadi kampus UPI. Profesor Schoemaker juga merupakan guru dari Ir. Soekarno semasa kuliah di ITB (institut Teknologi Bandung).
Selain keunikan dari bentuk bangunan masjid yang menggabungkan gaya Jawa dan Eropa. Salah satu keunikan mesjid ini tentang sejarahnya pada zaman penjajahan Belanda tidak sembarangan orang bisa menjadi Imam mesjid Cipaganti, untuk menjadi imam harus melalui serangkaian test dari pemerintah kolonial, tujuannya tentu saja untuk menghindari aksi yang merugikan pemerintahan kolonial itu sendiri. Namun, apabila seseorang sudah terpilih menjadi imam besar Mesjid Cipaganti, maka Imam tersebut akan mendapat tunjangan hidup atau gaji dari pemerintah pada saat itu. (Yoggi Darwis)