- Advertisement -

Uniknya Sistem Tangga Nada Sunda, Kenalan Yuk!

Berita Lainnya

MUSIK, infobdg.com – Kebanyakan orang pasti mengenal sang komposer Beethoven berserta karyanya, namun hanya beberapa orang yang mengetahui adanya sistem tangga nada Sunda yang unik yang dikenal sebagai “Daminatila”

Istilah Daminatila atau dikenal juga dengan nama “Serat Kanayagan” diciptakan oleh Raden Machjar Angga Koesoemadinata, pada tahun 1923 pada saat beliau menempuh pendidikan di sekolah Hogere Kweekschool (HKS) dan beliau mengikuti pelajaran musik Barat. Dari sana munculah ketertarikannya untuk mempelajari dan mendalami sistem tangga nada dan dari sana pula gagasan dasar terciptanya Laras Sunda yang berasal dari “Raras” (ra=matahari=indah, ras=rasa) sehingga bisa diartikan sebagai susunan nada dalam satu oktaf yang sama dengan nilai interval yang telah ditentukan. Konsep Laras Sunda tersebut dituangkan dalam beberapa buku seperti ‘Ringkesan Pangawikan Rinenggaswara dan Seni Raras’.

Penulisan laras dalam karawitan Sunda (tangga nada musik Sunda) ini ditulis menggunakan suatu sistem notasi yang dilambangkan dengan notasi angka yaitu 1,2,3, 4, dan 5 yang dibaca da (1), mi (2), na (3), ti (4), dan la (5). Adapun nama–nama nada tersebut adalah 1 (Tugu), 2 (Loloran), 3 (Panelu), 4 (Galimer) dan 5 (Singgul).

Daminatila, selain terdapat lima nada utama (1 (da), 2 (mi), 3 (na), 4(ti), 5 (la)) yang disebut sebagai murdaswara, terdapat pula nada-nada sisipan lainnya yang sering disebut sebagai uparenggaswara seperti nada 1- (di), 2+ (meu), 3- (ni), 4+ (teu), dan 5+ (leu).

Dalam temuannya, Raden Machjar Angga Koesoemadinata menyatakan bahwa terdapat dua laras induk dalam karawitan Sunda, yaitu laras salendro dan pelog. Dari kedua laras ini melahirkan sub-sub laras. Laras salendro melahirkan laras madenda, dan degung, sedangkan pada laras pelog, memunculkan sub laras, pelog jawar, pelog sorog, dan pelog Liwung.

Salendro
Memiliki 5 (lima) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 (C- D E+ G A) dengan ciri memiliki interval yang sama, kalau pun ada perbedaan maka intervalnya sangat kecil.

Pelog
Memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan ciri memiliki perbedaan interval yang besar.

Dari laras-laras tersebut kita bisa menemukan kekayaan Karawitan Sunda saat ini memiliki beberapa laras atau tangga nada (salendro, degung, madenda) yang populer atau biasa digunakan sebagai media melodi lagu dan sajian instrumental. Uniknya sejauh ini, kekayaan laras ini belum mampu terakomodasi dalam satu perangkat ansambel instrumen musik yang kita miliki dalam karawitan Sunda. Dibutuhkan sistem iringan orkestra sehingga beragam laras bisa diwakilkan dalam fungsi instrumen musik yang berbeda, semisal angklung sebagai pembawa melodi keseluruhan lalu dilengkapi dengan instrumen rebab dan suling di bagian intro dan instrumen lain sebagai pelengkap bagian lainnya.

Demikian ringkasan informasi yang telah tim Infobdg buat mengenai Laras Sunda, tentunya hal ini mengingatkan akan kaya nya budaya kita. Mari jaga dan lestarikan budaya kita ya Wargi Bandung, agar budaya kita selalu lestari dan rahayu.