BANDUNG, infobdg.com – Kawasan Jalan Kelenteng di Kota Bandung, yang kaya akan sejarah dan budaya Tionghoa Peranakan, kini mulai kembali menggeliat. Salah satu tempat yang menarik perhatian adalah Madam Hoek, sebuah restoran dan kafe yang menghadirkan suasana nostalgia dengan sentuhan heritage Bandung.
Madam Hoek, yang berlokasi di Jalan Kelenteng No. 54, berdiri di sebuah bangunan berarsitektur campuran Belanda dan Cina Peranakan. Tempat ini menawarkan pengalaman unik dengan menu makanan klasik serta iringan musik jadul yang membawa pengunjung bernostalgia.

Pemilik Madam Hoek, Sylvie, mengatakan bahwa konsep tempat ini lahir dari keinginannya untuk menghadirkan ruang berkumpul yang nyaman dengan cita rasa khas Bandung tempo dulu.
“Saya ingin punya tempat tongkrongan yang nyaman dengan menu-menu khas zaman dulu ala Bandung dan Cina Peranakan,” ujar Sylvie.
Menu yang tersedia di Madam Hoek cukup beragam, mulai dari nasi goreng peranakan, es tjampur lekker, hingga tosti croque madam. Pada siang hingga sore hari, pengunjung dapat menikmati menu nasi ramesan dengan berbagai lauk dan sayuran ala masakan rumahan. Sedangkan pada sore hingga malam, tersedia pilihan seperti nasi goreng dan nasi bakar.
Tak hanya menawarkan sajian kuliner, Madam Hoek juga menghadirkan hiburan musik bernuansa klasik. Setiap Kamis malam, pengunjung bisa menikmati live music dari home band bernama Kala, yang membawakan lagu-lagu nostalgia.
“Lagu-lagu lama menghadirkan kenangan indah bagi banyak orang. Kami ingin menciptakan pengalaman yang membuat mereka merasa seperti kembali ke masa lalu,” kata Sylvie.

Jalan Kelenteng sendiri merupakan salah satu kawasan bersejarah di Bandung. Selain dikenal dengan kuliner khas Tionghoa Peranakan, daerah ini juga memiliki tempat ibadah seperti Vihara Satya Budhi dan Vihara Tanda Bakti yang masih ramai dikunjungi.
Dengan kehadiran Madam Hoek, kawasan ini diharapkan kembali menjadi daya tarik bagi warga Bandung dan wisatawan. Sylvie pun berkomitmen menjaga konsep heritage yang diusung tempatnya, agar tetap selaras dengan nuansa budaya di Jalan Kelenteng.
“Kami ingin menghidupkan kembali keindahan masa lalu, bukan hanya dari makanan dan minuman, tetapi juga melalui suasana dan pengalaman yang kami tawarkan,” pungkasnya.***