ARTIKEL, infobdg.com – Untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), PT Uni-Charm yang terkenal di Indonesia dengan produk popok bayi, pembalut wanita, popok dewasa, tissue basah, kapas kecantikan, hingga masker ini telah resmi meluncurkan konsep new life style, yakni “Ethical Living for SDGs”.
Konsep ini dipilih tak hanya untuk memberikan kenyamanan bagi banyak konsumen, namun juga untuk menjadikan Uni-Charm sebagai perusahaan yang maju dan beretika untuk lingkungan, di mana setiap orang dapat hidup dengan nyaman.
Dikatakan Coorporate Plan Representative PT Uni-Charm, Denti Nila Purwanti, bahwa ada berbagai isu yang terjadi di lingkungan tempat kita tinggal maupun dalam skala global. Dalam hal ini, pihaknya ingin berkontribusi untuk menyelesaikan setiap masalah lingkungan untuk menjadikan bumi tempat yang nyaman.
“Contoh, jumlah sampah di Indonesia sekitar 67 juta ton, dimana sekitar 7,2 juta ton adalah sampah plastik, dan jumlah sampah yang dibawa ke TPA semakin meningkat dari tahun ke tahun, yang diprediksi bahwa kapasitas akan mencapai batasnya. Bahkan menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Indonesia dikatakan sebagai negara dengan jumlah sampah plastik laut terbesar kedua di dunia,” beber Denti.
Hal ini membuat PT Uni-Charm mengumumkan konsep Ethical Living For SDGs, dengan menangkap isu lingkungan di Indonesia dan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan dan green (hijau). Dijelaskan Presiden Direktur PT Uni-Charm, Yuji Ishii, bahwa Uni-Charm ingin berkontribusi langsung dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, dengan mengusulkan konsep gaya hidup baru dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Maka dari itu, lanjut Yuji, dalam logo terbaru yang mengusung konsep Living for SDGs, ada 12 elemen yang mengandung semua pemikiran. Logo ini sudah dipakai dalam produk Uni-Charm yang baru diluncurkan, yakni Charm and Protect Pollution Mask edisi terbatas yang menggunakan kemasan dari kertas daur ulang 100% untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2021 lalu.
“Pemanfaatan kertas daur ulang 100% adalah upaya pertama yang dilakukan Unicharm Group,” tukas Yuji.
Memanfaatkan Maggot untuk Kurangi Sampah Popok Sekali Pakai
Upaya lainnya untuk menuju Living for SDGs adalah pemanfaatan larva Black Soldier Fly (Maggot) untuk mengurangi tumpukan sampah popok sekali pakai di Indonesia.
“Dalam tumpukan sampah di Indonesia, selain sampah organik, tercampur juga sampah popok sekali pakai. Dengan mengacu pada contoh pengolahan sampah organik menggunakan Maggot, kami telah melakukan verifikasi bahwa sampah popok sekali pakai (pulp) dapat dikurangi, dengan membuat larva tersebut memakan popok sekali pakai (pulp) yang disakarifikasi menggunakan selulase (enzim),” terang Yuji dalam paparannya.
Menurutnya, Maggot BSF mempunyai kapasitas penguraian sampah organik yang sangat tinggi. Artinya, memiliki kemampuan untuk terurai dengan kecepatan tinggi.
”Larva menguraikan sampah organik dengan kecepatan tinggi dan tumbuh menjadi pakan yang baik dengan kandungan protein tinggi, sehingga dapat menjadi solusi yang efisien, murah dan ramah lingkungan dan kami menganggap ini sesuai untuk proses pengolahan popok sekali pakai juga,” jelas Yuji.
Bahan untuk popok sekali pakai umumnya terdiri dari pulp seperti kapas, plastic dan polimer. Sementara untuk memudahkan Maggot dalam memakan bagian pulp dari popok sekali pakai, PT Uni-Charm melakukan proses sakarifikasi pulp dengan selulase (enzim).
Hasilnya, dipastikan bahwa Maggot yang dimasukkan ke dalam popok sekali pakai yang diproses sakarifikasi bertumbuh dengan lebih baik, dan bahwa pertumbuhannya tersebut dipercepat dengan mencampurkan sampah organik.
Laporan ini pun didukung oleh Profesor Ishibashi dari Universitas Prefektur Kumamoto. Ia berpendapatn, bahwa Maggot dapat memakan Pulp yang diolah dengan Selulosa, memilah bagian Plastik (non woven, polimer dll) dan kotoran Maggot dan dapat didaur ulang.
Eksperimen ini merupakan eksperimen pertama yang dilakukan oleh perusahaan FMCG Indonesia sebagai langkah nyata kedua dari Ethical Living for SDGs, yang bertujuan untuk menemukan cara mengurai popok sekali pakai tanpa membuangnya sebagai solusi konkrit masalah sampah, yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.
“Untuk mewujudkan daur ulang popok sekali pakai di Indonesia, kami menganggap bahwa tidak hanya pembuktian eksperimen menggunakan Maggot ini saja namun diperlukan juga penetrasi pemisahan sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah, oleh karena itu kami memulai upaya ini sebagai solusi masalah sampah,” tutup Yuji.
Ia percaya, bahwa upaya telah dilakukan pihaknya ini sejalan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Ethical Living.***