KAB. BANDUNG, infobdg.com – Salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Kabupaten Bandung berhasil menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan digitalisasi pertanian.
Adalah Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, yang sejak tahun 2016 lalu melakukan digitalisasi pertanian. Hal ini mendapat apresiasi langsung dari Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin. Ia pun secara langsung meresmikan Korporatisasi Pertanian Digital dalam mendukung rantai ekosistem halal value chain berbasis koperasi pesantren pada Selasa (22/3).
“Kita ingin jadikan permodelan ini pilot project bagi seluruh pesantren-pesantren di Indonesia,” ujar Wapres.
Sebagai pilot project, kegiatan digitalisasi pertanian yang dilakukan di Ponpes Al-Ittifaq antara lain melalui Integrated Farming with Technology and Information (Infratani), packing house, dan platform virtual market Alifmart yang merupakan upaya mendorong ketahanan pangan berbasis kemandirian ekonomi pondok pesantren.
Ma’ruf Amin menuturkan, dalam penerapan digitalisasinya, Ponpes Al-Ittifaq sudah mengadopsi teknologi di berbagai negara sehingga produknya berstandard internasional.
“Di antaranya teknologi negara Belanda dan Jepang sehingga produknya pun berstandar internasional,” ucap beliau.
Rencananya, Ponpes Al-Ittifaq akan dijadikan pusat pelatihan digitalisasi pertanian bagi pesantren lainnya.
Menurut Wapres, saat ini pesantren tak hanya jadi pusat pendidikan agama namun juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Saya bersyukur Kopontren Al-Ittifaq saat ini mampu memberdayakan 270 orang petani, saya harap jumlah petani yang tergabung dalam korporasi ini semakin bertambah,” harap dia.
Sebelumnya, Ponpes Al-Ittifaq memang telah pionir dalam program kemandirian ekonomi pesantren yang digagas Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, yaitu One Pesantren One Product (OPOP).
Gubernur mengatakan, selama tiga tahun program OPOP ini berjalan sudah ada 3.000 pesantren di Jabar yang kini memiliki bisnis sendiri. Bahkan 17 persennya sudah berbasis digital.
“Selama tiga tahun arahan Pak Wapres sudah kami laksanakan sehingga pesantren-pesantren yang punya bisnis sudah lebih dari 3 ribu, 17 persennya sudah digital dengan Internet of Things (IoT) termasuk yang terbesar di Al-Ittifaq,” ujar Kang Emil, sapaan akrabnya.
Ia mengatakan, pemberdayaan ekonomi pesantren tak bisa dipandang sebelah mata. Al-Ittifaq yang notabene bukan korporasi besar mampu membuktikannya hingga sukses bertaraf internasional.
“Jangan anggap remeh ekonomi pesantren, Al-Ittifaq ini sudah kelas dunia kerjas amanya sudah dengan Jepang, Belanda, dan ini bukanlah korporasi besar,” beber dia.
Untuk Ponpes lainnya di Jabar, Kang Emil berharap bisa bekerja sama dengan Al-Ittifaq dalam memasarkan produk-produk pesantren dengan pola satu pintu. Selanjutnya, Al-Ittifaq yang sudah punya pengalaman akan bernegosiasi dengan pasar.
“Untuk Ponpes yang kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via Al-Ittifaq karena kalau dari pesantren langsung ke pasar banyak dinamika yang akhirnya merugikan, jadi mending satu pintu Al-Ittifaq yang nanti akan bernegosiasi dengan pasar,” tutup dia.
Ridwan Kamil berharap, kedepannya seluruh pesantren bisa memiliki model bisnis seperti Ponpes Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung.***