BANDUNG, infobdg.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus mengintensifkan pengelolaan sampah di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari lembaga pendidikan, pengusaha restoran, hingga pesantren, dengan mendorong mereka untuk memilah sampah secara mandiri.
Dilanasir dari laman resmi bandung go.id, penjabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, kini mengajak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mengelola sampah langsung dari sumbernya. Ia yakin BUMD mampu menggandeng masyarakat untuk turut serta dalam upaya ini.
“Penanganan masalah sampah membutuhkan strategi yang menyeluruh. Kami telah berkomunikasi dengan beberapa asosiasi, seperti PHRI, AKAR, perguruan tinggi, hingga pusat perbelanjaan,” ujar Koswara di Balai Kota Bandung, Rabu, 6 November 2024.
Ia menekankan pentingnya budaya memilah sampah sebagai langkah awal pengelolaan yang efektif.
“Sebagai gerakan budaya, keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan. Kami mengajak masyarakat untuk membangun budaya pengelolaan sampah yang komprehensif, sehingga menjadi gerakan massal dalam memilah sampah dari sumbernya,” tambah Koswara.
Koswara juga menyatakan bahwa kebiasaan membuang sampah tanpa memilah perlu diubah, baik di rumah, kantor, maupun tempat lain.
“Kunci pengelolaan sampah ada di pemilahan. Dengan memilah, 50% proses pengelolaan sudah tercapai, sehingga proses berikutnya menjadi lebih mudah dan efisien,” jelasnya.
Pemkot Bandung juga melibatkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) melalui BUMD dan BUMN dalam pengelolaan sampah.
“Dengan peran pengusaha, BUMN, dan BUMD dalam program bersama, kami dapat mengelola sampah mulai dari tingkat RT dan RW dengan menyediakan bak pemilahan,” katanya.
Meskipun TPA Sarimukti masih terbatas, Koswara menegaskan bahwa Kota Bandung berupaya untuk tidak bergantung sepenuhnya pada TPA.
“TPA Sarimukti diperkirakan dapat digunakan kembali secara optimal pada akhir 2025 atau awal 2026. Kami memprioritaskan pengelolaan dari sumber hingga TPS, dengan target residu maksimal 30 persen yang dibuang ke TPA, atau sekitar 500-600 ton dari total sampah,” ungkapnya.
Sisanya akan diolah kembali sehingga dapat menciptakan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
“Strategi ini harus diterapkan secara konsisten. Pemilahan sampah perlu dibudayakan dengan baik,” tambah Koswara.
Menurutnya, dari 383 RW di Kota Bandung, sudah ada yang menerapkan ekonomi sirkular dengan mengolah sampah menjadi produk, seperti maggot, kompos, hasil pertanian, dan Buruan Sae.
“Dari 135 TPS yang ada, baru 8 yang berstatus TPS 3R. Kami berharap keterlibatan pengusaha dalam pembinaan TPS dapat meningkatkan kepedulian terhadap Kota Bandung,” tutupnya.