MUSIK, infobdg.com – Parahyena sebagai band yang mengusung genre akustik folk/worldmusic, secara khusus menautkan langsung kekayaan idiom musik lokal Indonesia dalam dominasi karya bermusiknya. Beberapa fragmen dari musik tradisi diadopsi sebagai bagian dari karya utuh untuk mewarnai sekaligus memberikan tampilan soundscape yang unik.
Kirata menjadi tajuk yang Parahyena ambil untuk album kedua ini setelah di tahun 2016,
lalu menghadirkan “Ropea” sebuah album penuh dalam rangka memperkenalkan diri pada
penikmat musik nusantara. Kirata sendiri adalah bentuk respon Parahyena selama proses
pengerjaan album yang memang mempraktekan pola membuat lagunya dahulu ketimbang
judulnya, yang tentu saja segala tafsir lahir setelahnya.
Kirata merupakan akronim dari dikira-kira tapi nyata. Bentuk musikalitas khas nusantara (timur) disenyawakan dengan musik dari pada genre (barat) secara umum dan dieksplorasi bukan sebagai bentuk terasing, melainkan warna unik berbaur harmonis dalam kesatuan.
Dalam showcase Parahyena kali ini akan menampilkan sebuah miniatur kearifan lokal
dengan tajuk KIRATA “Rhythm Of Neweast”. Berdasarkan konsep tersebut Parahyena akan
berkolaborasi dengan beberapa seniman diantaranya Artnay Studio (Tari Randai), Rama
Syahrul (Dalang Wayang Golek), Agus Roekmana, Malire String Quartet, Tarompet Besi,
USBP, dan Ketuk Tilu Bedil Karo Kembang Ketuk Tilu Ensamble.