BANDUNG, infobdg.com – Bagi Wargi Bandung yang terkonfirmasi positif Covid-19, namun tidak bergejala atau hanya gejala ringan, jangan panik! Langkah awal yang bisa Wargi Bandung lakukan adalah lapor ke aparat setempat dan segera lakukan isolasi mandiri (isoman).
Jika tempat tinggal kurang layak untuk isolasi mandiri, maka Wargi Bandung bisa memanfaatkan fasilitas yang disiapkan oleh aparat kewilayahan.
“Sehingga tidak semua warga yang positif dilarikan ke Rumah Sakit maupun Puskesmas,” kata Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna, Rabu (7/7).
Salah satu tempat yang cukup representatif menjadi tempat isolasi mandiri di Kota Bandung menurut Ema adalah Gedung Wiyata Guna, Jalan Pajajaran No 52. Ema mengatakan, selain memiliki banyak ruangan, tempat tersebut juga memiliki halaman yang cukup luas untuk berbagai aktivitas selama isoman.
“Nah yang begini harus maksimal di Kota Bandung, karena kalau semua berorientasi harus ke puskesmas/faskes, berat. Rumah sakit nanti kita tentukan hanya melayani yang kondisi berat. Kalau yang ringan bisa isoman,” terang dia.
Ema mengungkapkan, saat ini Kota Bandung memiliki sebanyak 132 tempat isoman yang tersebar di seluruh kecamatan.
“Memang kalau dijumlah sudah 132 tempat isoman. Tapi kalau tidak dimanfaatkan, ya Alhamdulillah mungkin karena masyarakatnya sehat,” ujarnya.
Saat meninjau Wyata Guna, pada Selasa (6/7) lalu, Ema melihat warga yang sedang isoman bisa berolahraga, berjemur dan kegiatan lainnya. Apalagi, tempat tersebut cukup jauh dari pemukiman warga.
“Jadi khusus untuk warga Kecamatan Cicendo, Kelurahan Pasir Kaliki saya fikir sekarang sudah punya fasilitas (isoman) yang bisa dimanfaatkan,” kata dia.
Di kawasan tersebut pun, kata Ema, terdapat dua bangunan dengan fasilitas yang cukup memadai yang akan dijadikan tempat isoman dan mampu menampung 7 orang.
“Di satu rumah itu bisa 4 orang, di rumah ini 3 orang. Jadi kalau untuk 7 orang bisa. Saya punya keyakinan kalau perlu ditambah,” tuturnya.
Namun untuk saat ini, kata Ema, salah satu kendala yang dihadapi adalah menguatkan mental masyarakat. Sebab, ia khawatir masyarakat yang melakukan isoman di sana merasa takut karena lokasinya yang berada di belakang.
“Tapi persoalannya bagaimana harus menguatkan mental masyarakatnya karena kalau sendiri takut, tempatnya di belakang. Jadi kalau ada 2-3 orang aman dan itu pernah dilakukan di ruang yang sebelah,” tutupnya.