BANDUNG, infobdg.com – Sebagai upaya memfasilitasi UMKM tetap berkembang meskipun di masa pandemi, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baperkraf) kembali menggelar event Food Startup Indonesia (FSI).
Event ini konsisten membangun ekosistem kuliner Indonesia sejak 2016. FSI digelar tak lain untuk menghubungkan pelaku bisnis kuliner kepada akses pemodalan, serta fasilitas lain seperti mentoring dan coaching oleh yang berpengalaman.
Setelah sukses menjaring peserta di Malang, kini giliran Kota Bandung yang disambangi. Sosialisasi mengenai FSI di Bandung digelar pada Rabu (24/2), di Hotel Pullman Grand Central Bandung.
“Tujuan kami membantu pelaku bisnis kuliner untuk berkembang. Misalnya kebutuhan penambahan modal, kita akan mempertemukan mereka dengan para investor, baik itu bank maupun non bank, kemudian mempertemukan jalur distribusi produk, untuk mengenalkan produk ke taraf lokal, nasional, dan internasional,” terang Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim, ditemui Infobdg di lokasi sosialisasi FSI.
Hanifah mengatakan, tahun ini pihaknya telah menghimpun sekitar 600 pelaku usaha yang telah mendaftar. Nantinya, para peserta akan mengikuti rangkaian seminar dan pelatihan sebelum memasuki fase pendaftaran.
“Bandung antusiasnya luar biasa, sebenarnya pendaftar hari ini ada 600, namun karena Covid, tapi yang kami undang ke sini hanya sekitar 75, yang lain bergabung online,” katanya.
Ia memastikan, pendaftaran kompetisi tahun ini akan dilakukan pada bulan Mei mendatang. Nantinya, para peserta akan melaksanakan proses seleksi terlebih dahulu sebelum dinyatakan lolos.
“Untuk tahun ini kami akan memilih 100 peserta, dari yang daftar sudah mencapai 6400 seluruh Indonesia. Para pelaku bisnis kuliner yang mau mendaftar bisa langsung ke Kami di www.FoodStarupIndonesia.com, jadi semua dokumen yang diperlukan akan di unggah di sana, kemudian diseleksi,” beber Hanifah.
Menurutnya, Kota Bandung merupakan salah satu Kota yang sangat potensial, sebab kota ini memiliki banyak pelaku usaha kuliner.
“Kota Kembang menjadi contoh bagaimana pelaku usaha subsektor kuliner berupaya tetap tumbuh dan produktif meski masih dalam Covid-19,” tandas dia.