- Advertisement -

Cuaca Dingin Ekstrem di Bandung, Waspada Ancaman Kesehatan Meningkat

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Cuaca ekstrem dengan suhu dingin yang menyelimuti wilayah Bandung Raya telah memicu kekhawatiran akan peningkatan penyakit.

Dilansir dari laman Liputan6, Dinas Kesehatan Kota Bandung mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap sejumlah penyakit yang berpotensi menyerang, seperti flu, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), asma, dan nyeri sendi pada penderita rematik.

“Beberapa penyakit yang berpotensi menyerang antara lain flu, ISPA seperti batuk, asma, dan juga nyeri sendi pada penderita rematik,” beber Deborah Johana Ratu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung, dikutip dari Liputan6, Rabu (17/6).

Cuaca dingin di Bandung mencapai suhu terendah antara 16-21 derajat Celsius, yang dilaporkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

BMKG mencatat suhu minimum Bandung pada pekan kedua Juli mencapai 16,6 derajat Celsius, yang sebelumnya pada dasarian-I Juli hanya 19,8 derajat Celsius.

BMKG Kota Bandung pun mengumumkan bahwa suhu udara dingin ini merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi saat puncak kemarau pada Juli-Agustus.

Untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca ekstrem ini, Dinas Kesehatan Kota Bandung memberikan kiat yang dapat diikuti masyarakat.

Deborah menyarankan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, yang diringkas dalam akronim CERDIK: Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kurangi stres.

“Hal yang harus dilakukan sebenarnya tidak begitu banyak perbedaan. Antara lain tetap kita harus melakukan perilaku hidup bersih dan sehat,” ujar Deborah.

Ia juga menyarankan penggunaan tanaman obat yang tersedia di rumah jika muncul gejala penyakit.

“Kalau misalnya batuk bisa juga menggunakan jeruk nipis ditambah dengan kecap dengan perbandingan satu banding satu,” sarannya.

Jika gejala penyakit tidak membaik dalam beberapa hari, masyarakat diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, atau dokter.

“Tadi adalah salah satu upaya pencegahan. Tetapi kalau memang sudah lebih dari beberapa hari, sebaiknya periksa ke faskes tingkat pertama. Khawatirnya, ada penyakit-penyakit lain yang memang harus diantisipasi,” tambah Deborah.

Suhu dingin pada puncak musim kemarau ini, selain dipengaruhi oleh kurangnya tutupan awan yang menyebabkan radiasi maksimal dari bumi, juga dipengaruhi oleh musim dingin di Australia yang memicu pergerakan udara dingin ke Indonesia.

“Angin monsun Australia membawa udara dingin dan kering dari wilayah Australia ke Indonesia, yang berada di Belahan Bumi Selatan,” jelas Teguh Rahayu, Kepala BMKG Bandung.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan terus memperbarui informasi cuaca dan iklim melalui sumber resmi.

“Suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah fenomena yang wajar terjadi terutama untuk wilayah Indonesia di BBS,” kata Teguh.

“Masyarakat diimbau agar menjaga kesehatan, mengurangi aktivitas di luar ruangan terutama pada malam hingga dini hari, serta selalu mengupdate informasi cuaca dan iklim melalui web dan media sosial resmi BMKG,” tambahnya.***

Sumber: Liputan6