BANDUNG, infobdg.com – Siang ini ratusan pendukung setia Persib Bandung (Bobotoh) melakukan aksi damai yang bertempat di Taman Saparua Bandung. Aksi ini kemudian dilanjutkan dengan long march ke PT.PBB. Undangan aksi damai yang tersebar luas lewat media Instagram ini membuat banyak dari bobotoh hadir perorangan maupun berkelompok.
Aksi ini digelar menyusul rasa khawatir yang dirasakan oleh bobotoh terhadap performa para punggawa Persib. Dalam aksi ini pihak PT.PBB dijadikan tujuan dari para bobotoh untuk menyampaikan aspirasi mereka. Beberapa waktu lalu, Persib Bandung memang harus menahan pil pahit saat kalah 2-1 atas PSM Makassar.
Kekalahan itu diperparah dengan komentar Rene Albert selaku juru taktik dari tim PSM Makassar yang mengatakan jika timnya dapat mematahkan rekor seri dari Persib Bandung. Pernyataan ini tentu menuai kontroversi mengingat pada musim ini Persib Bandung memiliki pemain-pemain kelas dunia, dan digadang-gadang sebagai golden era.
Aksi damai ini bertujuan untuk menyampaikan rasa tidak terima dari Bobotoh mengenai permainan Persib. Bobotoh pun meminta pertanggungjawaban kepada seluruh manajemen Persib dan juga mengingatkan jika fungsi dari suporter adalah sebagai salah satu stakeholder club. Bobotoh pun meminta manajemen untuk menjelaskan situasi pelatih Persib saat ini yang dianggap kurang jelas.
Koordinator aksi, Alberth, menyatakan jika aksi ini juga merupakan momen mempersatukan setiap nama kelompok suporter Persib Bandung yang beragam dalam kebersamaan. “Hari ini kita bukan saja ingin membuat Persib bangkit, tapi hari ini merupakan sejarah aku, kamu, menjadi satu, untuk Persib,” ucap Alberth.
Setelah orasi di Saparua selesai, massa langsung melakukan long march ke arah Jalan Sulanjana, untuk menuju kantor PT.PBB. Aksi ini sendiri mendapat pengawalan dari personil Polrestabes Bandung. Seperti diketahui saat ini Persib Bandung bertengger di posisi ke 11 Liga 1 Go-jek Traveloka dengan poin 37 dan dengan jumlah draw (seri) sebanyak 13 kali. Rekor seri tersebut hampir menyamai rekor saat musim 2004. (Hakim Suprayogo)