BANDUNG, infobdg.com – Jawa Barat memiliki dua sumber gempa bumi utama, yakni di laut selatan Jawa Barat yang berjarak sekitar 300 km dari pantai selatan Jawa Barat, serta di daratan yang terdiri dari beberapa patahan atau sesar, seperti sesar Cimandiri di selatan, sesar Baribis di utara, serta sesar Lembang yang saat ini sedang marak diperbincangkan. Sesar Lembang ini merupakan patahan yang membentang dari barat sampai timur Bandung Raya.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, saat ini pergerakan Sesar Lembang tidak terlalu aktif. “Sebenarnya sesar lembang ini tidak terlalu aktif, kita terus memonitoring. Umumnya gempa-gempa yang bersumber dari Sesar Lembang tadi kekuatannya kurang dari magnitude 3 sr, jadi gempa-gempa kecil kategorinya. Potensinya bila dibandingkan dengan sesar yang lain Sesar Lembang ini tidak terlalu besar.” Ungkap Tony.
Tony menambahkan, gempa tektonik akibat Sesar Lembang memang pernah terjadi pada 2011 lalu di daerah Muril, dengan kekuatan 3,3 sr yang termasuk dalam gempa kecil karena sumber gempanya yang dangkal. Selain dari itu, BMKG belum menemukan adanya pergerakan lagi di sekitar Sesar Lembang.
“Sampai saat ini belum tercatat gempa yang signifikan di sekitar Sesar Lembang dan kami di BMKG secara terus-menerus memonitoring yang langsung dari seismograf atau yang menunjukkan bahwa ada aktivitas gempa yang signifikan.” Jelas Tony.
Dalam sejarahnya, Sesar Lembang pernah menjadi objek penelitian paleosismologi, yang menggali sample lapisan batuan. Dari penelitian tersebut didapatkan data bahwa pernah terjadi gempa berkekuatan besar akibat Sesar Lembang pada 2000 dan 500 tahun kebelakang.
Namun, hal tersebut bukan berarti harus dibesar-besarkan ataupun mengecilkan potensi bencana dari Sesar Lembang ini. Seperti yang dikatakan Tony, bahwa masyarakat Jawa Barat harus merespon informasi mengenai Sesar Lembang secara proporsional. Ia juga mengimbau masyarakat untuk bersama-sama melakukan langkah mitigasi atau pengurangan resiko.
“Hal-hal yang harus segera kita lakukan adalah langkah mitigasi atau pengurangan resiko, ini jangan dianggap hal yang rumit atau besar, enggak, kita bisa mulai dari hal yang paling kecil.” Tutur Tony.
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dilarang atau dihentikan oleh manusia. Namun, kita sebagai masyarakat dapat mempersiapkan diri dengan melakukan langkah-langkah pengurangan resiko agar dapat memperkecil dampak yang ditimbulkan, sehingga Jawa Barat akan selalu sejahtera meskipun di sekitarnya banyak potensi bencana. (Arini M)