CARITA, infobdg.com – Kehadiran sosok tak kasat mata memang tidak bisa diprediksi. Kita selalu berdampingan dalam keadaan apapun dan dimanapun. Itupun yang pernah saya alami saat saya dalam pelantikan ekstra kulikuler sekolah. Kejadian ini terjadi saat pelantikan ekstrakulikuler drumband tahun 2014/2015.
Seperti biasanya kalau kita mengikuti ekskul ada pelantikan dari kakak kelas, yang berlangsung di luar sekolah atau di dalam lingkungan sekolah. Kebetulan untuk ekskul drumband tahun tersebut dilakukan di lingkungan sekolah dan diadakan selama 1 hari 1 malam. Kejadian tersebut terjadi tepat di tengah malam. Entah ide dari siapa, pada malam hari sekitar jam 9-an setelah melaksanakan kegiatan materi di ruang kelas, kita semua langsung disuruh tidur di kelas yang sudah disiapkan, laki-laki dan perempuan dipisah kelas.
Tepat sekitar jam 12 malam kita dibangunkan secara paksa ddalam keadaan mata kita telah tertutup kain dan kaki kita diikat. Mereka (kakak kelas) menyuruh kita memakai sepatu siapapun yang ada di depan kita, pada saat itu semua sepatu sengaja diberantakan, lalu kita dipapah menuju lapangan tempat kita akan dikumpulkan.
Jalan menuju lapangan tersebut melewati parkiran motor, tepat di depan jalur masuk sepeda motor, badan saya tiba-tiba mematung karena ada suatu kejadian yang membuat saya syok terkejut. Dalam udara yang sangat dingin, saat itu saya melihat sosok kuntilanak yang duduk di atas pohon mangga tepat di parkiran motor. Anehnya pada saat itu saya melihat dalam keadaan mata ditutup kain. Tubuhnya yang berukuran besar dengan rambut panjang membuat saya takut tak karuan, ditambah saya masih ingat gerakan yang dilakukan oleh kuntilanak itu, ketika itu kakinya menjulur kebawah sambil dimainkan, kalau dalam bahasa Sunda sering disebut “ucang angge”.
Wajahnya tidak terlalu jelas, tetapi rambutnya sangat besar, seperti sundel bolong di film Suzanna. Bajunya putih lusuh menjuntai hampir ke bawah tanah. Saya sangat ketakutan saat itu dan bilang ke kakak kelas bahwa ada makluk itu, tetapi kakak kelas tersebut menyuruh untuk melanjutkan jalan sampai ke lapangan. Ketika kita semua sampai di lapangan saya melihat lagi kuntilanak tersebut terbang dan melihat ke arah kita. Dia diam di atas genting lantai dua, ukurannya lebih besar dari kuntilanak biasanya.
Saat itu posisinya duduk seperti burung. Tidak lama langsung kakak kelas yang mengerti masalah tersebut seperti membaca bacakan doa dan mengusapkan telapak tangannya ke muka saya, setelah itu saya tidak lagi melihat kuntilanak tersebut. Setelah kegiatan selesai ada kakak kelas yang cerita bahwa pada malam itu sebelum aku dibangunkan dan mata saya ditutup ada kakak kelas yang sengaja membuka mata batin saya, agar kegiatannya lebih seru. Tetapi syukurnya sampe sekarang saya gak pernah melihat hal-hal seperti itu lagi. Tapi, kalau saya kembali mengingat kejadian itu rasanya selalu langsung merinding lagi.
Story by: A.N (BGST Podcast)