- Advertisement -

Upaya Pemkot Bandung dalam Pencegahan PMK pada Hewan Kurban

Berita Lainnya

BANDUNG, infobdg.com – Jelang Hari Raya Idul Adha, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung telah melakukan persiapan yang matang. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama adalah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

Dilansir dari detikjabar, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Kota Bandung, Wilsandi Saefuloh, menyatakan bahwa meskipun Kota Bandung tidak memiliki catatan tentang hewan ternak yang terkena PMK, namun pihaknya tetap melakukan pengawasan yang serius terhadap penyakit tersebut agar tidak menyebar.

“Tahun lalu temuan relatif normal, hanya ditemukan penyakit-penyakit ringan itu biasanya karena dari perpindahan perjalanan gitu, bukan dari penyakit-penyakit yang memang berdampak luas. Alhamdulillah kemarin lebih ke penyakit-penyakit yang karena hewan terkena perubahan suhu, cuaca, atau perjalanan,” ucap Wilsandi di Balai Kota Bandung, Senin (27/5/2024).

“Tapi kita tetap komunikasi aktif sama peternak. Jadi selain peternak memang selalu mendapat layanan kesehatan dari kami, jadi peternak juga selalu intensif berkomunikasi. Kami awasi di Bandung itu ada 30-an peternak sapi. Kalau kambing, domba, mungkin di sekitar seratusan ada. Kemarin yang lebih rentan terkena PMK itu sapi. Tapi karena kita kan sudah proses vaksinasi ini dari tahun lalu di nasional. Jadi relatif lebih baik untuk penanganannya,” tambahnya.

Terkait vaksinasi pada hewan kurban, Wilsandi mengatakan bahwa 2.000 vaksin PMK telah disiapkan. Meskipun demikian, pihaknya juga terus mengumpulkan vaksin untuk berbagai penyakit lainnya, tidak hanya khusus untuk PMK.

“Vaksin tahun ini kita masih coba kumpul lagi. Cuman kalau tahun lalu dari semua jenis vaksin sekitar 9 ribuan, ada Rabies, ada LSD, ada PMK, dan lainnya. Kita terus berkoordinasi dengan provinsi Jawa Barat untuk memohon bantuan vaksinnya, ini dapat dari Provinsi vaksin PMK 2.000 dosis untuk 2.000 ekor,” kata Wilsandi.

Pihaknya juga telah menyiapkan dua tim pemeriksa hewan kurban, yaitu Tim Antemortem yang bertugas memeriksa hewan sebelum disembelih dan Tim Postmortem yang memeriksa hewan setelah disembelih.

Tim ini terdiri dari petugas DKPP dan dokter hewan yang bekerja sama dengan universitas. Satgas tersebut akan mulai bergerak besok, mengunjungi setiap kecamatan untuk mensosialisasikan mekanisme kurban dan melacak lokasi penjualan hewan kurban.

“Nah nanti akan terdata dalam aplikasi namanya e-Selamat. Jadi nanti warga bisa mendownload di Playstore dengan keyword e-Selamat, itu bisa digunakan sebagai salah satu acuan kalau mau membeli hewan kurban yang sudah terperiksa oleh kami. Jadi nanti setiap hewan kurban dipasangi kalung yang ada barcode-nya,” kata Wilsandi.

Setiap hewan ternak akan mendapatkan kalung barcode yang unik. Kalung sehat ini tidak dapat ditukar karena barcode tersebut sudah mencantumkan data dan foto hewan kurbannya.

Melalui aplikasi yang disediakan, warga dapat melihat data penjual, asal hewan kurban, status kesehatan hewan secara antemortem, dan informasi lainnya. Wilsandi menjelaskan bahwa petugas juga akan mengecek kelengkapan administrasi, usia, serta kondisi kesehatan hewan kurban.

Sejalan dengan upaya DKPP dalam mengantisipasi penyakit hewan ternak, ia juga menghimbau agar peternak dan penjual hewan kurban dapat tertib dan berjualan di tempat yang sudah didata.

“Kalau ditemukan ada yang sakit, biasanya kita minta untuk diisolasi atau mungkin kalau misalnya kira-kira membutuhkan waktu lama, mungkin diminta untuk ke kandang yang lebih layak. Nanti dari tim pemeriksa juga melakukan pengobatan-pengobatan untuk si hewan-hewan yang memang tadi kondisinya sakit,” jawabnya.

“Kalau sudah sehat, kita baru kasih kalung tadi. Selama statusnya belum fix sehat dan layak, ya belum dapat barcode. Kami selalu bergerak dan sekarang koordinasi terus dengan pihak kewilayahan untuk tadi memperketat proses informasi yang masuk apabila ada pemasukan hewan. Kurang lebih ada 113 titik penjualan hewan kurban tersebar di Kota Bandung,” tambah Wilsandi.